Minggu, 28 Oktober 2012

BEHIND HIS SHADOW !!!!!



Tinggal dalam Bayang-Bayang Allah
Ada sebuah nama yang sangat menarik dan mungkin kita telah beberapa kali mendengar nama tersebut. Bezaleel, sebuah nama yang muncul beberapa kali dalam Alkitab. Nama Bezaleel muncul ketika Musa harus mempersiapkan kemah Pertemuan serta segala kelengkapannya (Keluaran 30:2-11). Nama Bezaleel sendiri mengadung arti “ in the shadow of God”, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “dalam bayang-bayang Allah”. Hal ini tentu saja berbicara tentang perlindungan Allah. Ketika seseorang tinggal dalam bayang-bayang Allah, maka perlindungan Allah menjadi bagian dari kehidupan orang tersebut. Namun, ada hal yang menarik dari adanya keberadaan sebuah bayang-bayang. Dalam bayang-bayang Allah bukan saja berbicara tentang betapa besar berkat perlindungan, tetapi juga betapa besar sikap yang harus dimiliki oleh sebuah “bayang-bayang”. Ada beberapa hal yang dapat kita perhatikan dari sebuah bayang-bayang, yakni selalu mengikuti. Tinggal dalam bayang-bayang Allah, berarti mengandung pengertian tentang sikap orang percaya yang harus senantiasa mengikuti kemana saja Tuhan jalan. Sebuah “bayang-bayang” tidak dapat berkata kepada dirinya sendiri untuk memilih jalan yang lain selain jalan yang dipilih oleh tuannya. Bayang-bayang tidak akan berjalan ke selatan, disaat tuannya berjalan ke utara. Jemaat Tuhan harus tinggal dalam bayang-bayang Allah, dan tentu saja mengambil sikap untuk berada dalam kehendak dan jalan Tuhan.
Selain itu bayang-bayang juga memiliki sifat fleksibel. Ketika tuannya berjalan, dan bayang-bayang itu menemukan sesuatu menghadang jalannya, maka bayang-bayang itu akan menunjukkan sifatnya yang fleksibel. Dia akan “menyesuaikan” dirinya dengan apapun yang menghalanginya, tanpa dia harus beranjak dari jalan dan langkah tuan si empunya bayangan. Bayangkan betapa anehnya jika bayangan itu berusaha menghindar dari sebuah rintangan. Jemaat Tuhan hendaknya juga memiliki sikap yang demikian. Tinggal dalam bayang-bayang Allah berarti jemaat harus membangun dirinya untuk tidak menghindari rintangan, dan bahkan tidak menutup kemungkinan sampai keluar dari jalan Tuhan. Tetapi, setiap orang percaya harus menempatkan dirinya tetap pada kehendak Allah, meskipun ada rintangan yang menghadangnya.
Satu hal lagi yang menarik dari bayang-bayang adalah sifatnya yang senantiasa mengikuti bentuk dari si empunya bayangan. Saat sebuah benda memiliki bentuk bulat, maka akan dihasilkan bayang-bayang yang berbentuk bulat. Sedangkan jika sebuah benda berbentuk kotak, maka akan dihasilkan bayangan yang berbentuk kotak pula. Hal itu berlaku untuk semua bentuk. Demikianlah hidup kita seandainya kita tinggal dalam bayang-bayang Allah. Hidup kita haruslah menjadi serupa dengan Kristus. Sebagaimana Kristus adanya, demikianlah hidup kita adanya. Karena itulah kita mengenal sebuah lagu yang mengatakan “Seperti Yesus…seperti Yesus…itu saja kupinta. Dalam jalanku, sampai ke Surga. Saya mau s’perti Yesus”
Tinggal dalam bayang-bayang Allah memang berarti adanya sebuah perlindungan dari Allah, dimana Allah menanungi kita serta dalam bayang-bayang terdapat keteduhan. Namun, ada konsekuensi untuk tinggal dalam bayang-bayang Allah, yakni kita harus hidup seturut kehendaknya serta menjadi gambaran dari diri-Nya. Dan jika kita membaca seluruhnya nats tersebut, kita akan menemukan betapa luar biasa kesempatan yang dimiliki oleh Bezaleel, sehingga semua yang dikerjakan tangannya menjadi berkat bagi umat Tuhan (2 Taw 1:5).
by : yoyo

Jumat, 26 Oktober 2012

TANAH BERTERIAK; TANAH TERKUTUK; AYO KUDUSKAN TANAH KITA !!!!!



Tanah Berteriak, Tanah Menjadi Terkutuk, Mari Kuduskan Tanah Kita!!!
                                                                                 
Ketika ibadah berlangsung, dan firman Tuhan diperdengarkan, entah kenapa tiba-tiba saya tergerak ingin membaca kisah tentang Kain dan Habel. Kemudian saya membuka kitab Kejadian di pasal 4 ayat 1-16. Saya mulai membaca kisah kedua anak Adam tersebut, dan saya mengulanginya sampai 3 kali hingga akhirnya saya menemukan sesuatu. Apakah itu ???
1.      Tanah menjadi menjadi terkutuk karena dosa!!!
Kemudian pikiran saya dibawa untuk membayangkan betapa seringkali orang dengan susah payah menghasilkan sesuatu dari tanah yang dikerjakannya. Seringkali orang harus menderita karena tanah yang dikerjakannya itu menjadi terkutuk. Banyak orang yang menggunakan akal mereka dan berkata ini itu sebagai alasan untuk menutupi kegagalan atas apa yang dikerjakan oleh mereka.
Sesungguhnya sangat sederhana saja. Ketika manusia berbuat dosa, maka tanah itu menjadi terkutuk. Tanah itu tidak lagi bersemangat untuk mengeluarkan buahnya.
2.      Tanah berteriak kepada Tuhan tiap kali kita berbuat dosa!!!!
Inilah kebenaran kedua yang saya dapatkan. Di ayat 10 dikatakan bahwa darah Habil berteriak kepada Allah dari tanah. Ketika Kain mencoba untuk tidak mengakui dosanya, Allah mengungkapkan bahwa ada tanah itu berteriak kepada Allah.
Selama ini saya menganggap bahwa ketika saya melakukan dosa tersembunyi, hanya Tuhan, saya, dan Setan yang tahu. Tetapi ternyata ada satu lagi yang mengetahui ketika saya merasa bahwa tidak ada yang mengetahui dosa apa yang telah saya lakukan, yakni tanah!!
Saat saya melakukan dosa yang tersembunyi, maka tanah itu berteriak kepada Allah tentang dosa yang saya lakukan. Dan ketika dia berteriak, maka tanah itu akan menjadi terkutuk karena dosa yang saya lakukan.
Jadi, sekarang saya mengetahui bahwa ketika saya berbuat suatu dosa dan kesalahan, maka ada tanah yang berteriak kepada Allah tentang dosa yang saya lakukan itu.
Hempfh, saya mulai melihat ke bawah dan tertawa…ternyata selama ini dia “melaporkan” segala sesuatunya. Pertanyaannya adalah masihkah kita berani berbuat dosa secara tersembunyi??? Kalau kita berfikir kita mau melakukan dosa secara tersembunyi, cobalah lihat tanah di bawah kakimu….hahahaha……
Mari kita coba satu hal ini…..
Ingatlah dimana saja kita pernah melakukan dosa baik tersembunyi maupun tidak tersembunyi. Cobalah datang ke tempat itu sekali lagi, berdirilah di atas tanah yang sama dimana dulu kita melakukan dosa, dan mulailah berdoa memohon ampun kepada Tuhan!! Dan tempat yang dulu kita pakai menyatakan dosa, kita kuduskan dan sucikan dan kita ganti sebagai tempat dimana nama Tuhan dimuliakan!!!! AMIN!!!!

Dan apakah hasilnya jikalau kita melakukan itu ???
Yesaya 35:7 
tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan.


Berfikir Sebagai Pengelola



Berpikir Sebagai Pengelola

Tuhan Yesus pernah menyampaikan sebuah perumpamaan tentang talenta. Banyak orang Kristen mungkin telah membaca tentang perumpamaan tersebut. Ya, perumpamaan itu terdapat dalam Matius 25:14-30.
Suatu ketika ada seorang kaya yang hendak pergi ke luar negeri, kemudian memanggil hamba-hambanya. Ia memberikan 5 talenta kepada yang seorang, 2 telanta kepada yang seorang, dan 1 talenta kepada yang seorang lainnya. Kemudian pergilah tuan itu dan hamba-hamba tersebut mulai melakukan bagian mereka masing-masing. Hamba yang menerima 5 talenta mulai menjalankan uang itu dan beroleh laba 5 talenta. Hamba yang menerima 2 talenta juga menjalankan uang tersebut dan memperoleh laba 2 talenta. Tetapi hamba yang menerima 1 talenta pergi dan menyembunyikan uang tersebut dalam tanah. Kemudian tuan dari hamba-hamba tersebut pulang, dan mengadakan perhitungan dengan hamba-hamba tersebut. Sebagaimana kita ketahui, akhirnya hamba yang menjalankan 5 talenta dan 2 talenta masuk dalam kebahagiaan tuan tersebut, karena mereka telah menghasilkan laba. Sedangkan hamba yang menerima 1 talenta dicampakkan ke dalam kegelapan.

Seringkali kita sebagai seorang Kristen menganggap bahwa kehidupan kita ini adalah milik kita sendiri. Seringkali kita berfikir bahwa apa yang kita miliki merupakan sesuatu yang kita dapatkan karena usaha kita, dan tentu saja sekarang menajdi milik kita. Namun, sesungguhnya pemikiran yang demikian haruslah dijauhkan dari kehidupan kita. Kita bukanlah pemiliki hidup kita, bukanlah pemilik kekayaan kita, bukanlah pemilik kesenangan kita.
Kita adalah PENGELOLA!! TUHAN-lah PEMILIK !!
Dari perumpamaan Tuhan Yesus tersebut, siapakah yang menjadi tuan?? Siapakah yang menjadi hamba?? Tuhanlah sang Empunya itu. Dia memberikan kepada kita para pengerjaNya, para pengelolaNya, para hambaNya.
Kita harus menyadari hal tersebut. bahwa kita hanyalah pengelola dari apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Seringkali kita ingin mengatakan bahwa kitalah pemilik.
Mari kita renungkan, seandainya kita ini adalah Pemilik, apa yang akan terjadi???
Kita akan senantiasa khawatir!!! Ketika sebuah perusahaan mengalami suatu masalah dalam keuangan, mungkin saldo yang tidak mencukupi, mungkin hutang, atau apapun yang mengancam perusahaan itu, siapakah yang pertama akan merasakan ketakutan?? Siapakah yang pertama akan merasakan kebingungan?? Siapakah yang pertama akan merasa khawatir?? Pasti sang Pemilik perusahaan tersebut!!
Demikian juga dengan hidup kita. Seringkali kita mengalami kekuatiran, kecemasan, bahkan depresi, stress ketika menghadapi sebuah permasalahan karena kita menganggap bahwa kitalah pemilik hidup kita!! Kita berfikir bahwa uang, kekayaan, jabatan, keluarga, bahkan hidup ini adalah milik kita sendiri.
Sekarang, bayangkan ketika kita memposisikan diri kita adalah seorang pengelola. Kita tidak harus menjadi khawatir, tidak harus menjadi risau, tidak harus menjadi cemas, hingga akhirnya stress. Kita hanya perlu melaporkannya kepada sang Pemilik, yaitu Tuhan Yesus. Amin!!
Kita hanya perlu melipat tangan kita, melipat lutut kita, dan melaporkan semua kepada Bapa yang Empunya hidup kita. Dia adalah Pemilik yang Agung, Pemilik yang Berkuasa, dan kita hanyalah seorang pengelola dari apa yang diberikan atas hidup kita. Oh, alangkah indahnya. Betapa Tuhan mau kita hanya bekerja bagi Dia tanpa harus kita menjadi khawatir atas hidup kita.
Mulai sekarang ubahlah hatimu, pikiranmu, dan berkata bahwa kita adalah pengelola, bukan pemilik. Percayalah pasti Tuhan sang Empunya itu akan menolong hamba-hambaNya.
Kita pengelola….Tuhanlah Pemilik!!!! Amin…

Selasa, 23 Oktober 2012

SIA-SIA KALO HANYA SEKEDAR ROHANI !!


Rohani Tanpa Kasih = Sia-sia

Suatu kali saya duduk dan mulai berdiam, hendak merenungkan sesuatu meskipun akhirnya saya tidak mendapati suatu hal untuk direnungkan. Tiba-tiba saja terlintas suatu hal dalam benak saya. Inilah yang terlintas itu :
“Saya dan si A, adalah dua orang sahabat. Seandainya saya adalah seorang yang rohani, bahkan sangat rohani. Dan si A yang juga seorang rohani, dan juga tidak kalah rohani. Kami berdua mengerti firman, dan kami juga sama-sama berkata melakukan firman. Sampai suatu saat ada masalah diantara kami. Memang bukan karena suatu dosa, tetapi hanya karena kami berbeda. Semenjak kami berbeda, kami tidak lagi menjadi seorang sahabat. Kami tidak pernah lagi bertegur sapa, meskipun ada kesempatan untuk bertegur sapa. Tetapi kami tetaplah orang yang rohani di tempat kami masing-masing berada.”
Dari apa yang terlintas di kepala saya, mulai turun ke hati saya sebuah pertanyaan “Apakah kami tidak akan saling menyapa, bahkan ketika kami di Sorga??” Ataukah kami tidak akan masuk Sorga hanya karena kami tidak saling menyapa di bumi ini, sekalipun kami orang yang rohani??”
Banyak orang Kristen yang begitu rohani, bahkan sangat rohani, dan terkadang saya menyebut mereka sebagai kaum yang Eksklusif, tidak pernah menyadari hal ini. Orang Kristen mulai menjadi rohani di dalam zona mereka masing-masing. Hal tersebut memang tidak salah, tetapi juga dapat menjadi sebuah warning bagi kehidupan kita.
Seringkali saya membaca bagaimana orang-orang Kristen menjadi begitu bersemangat buat Tuhan, rajin ke gereja, melayani, bahkan mungkin juga sering menyanyi “Mati hidup buat Tuhan….saya kerja di ladangnya Tuhan”. Dan mereka mulai membangun menara mereka masing-masing semakin tinggi di tempat masing-masing. Tetapi tanpa disadari, ada suatu hal yang hilang dari mereka. Ternyata mereka tidak akur dengan saudara mereka, tidak mau saling sapa dengan saudara mereka, bahkan melirik pun tidak mau. Senyum yang dibuka lebar-lebar di pintu gereja (bahkan mungkin lebih lebar dari pintu gereja yang terbuka) untuk menyambut jemaat, tidak ditemukan ketika berada di tengah saudaranya. Jabatan tangan yang hangat menjadi kepalan tangan yang membawa permusuhan.
Seringkali tanpa kita sadari hal ini menimpa dan terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan pendapat menjadi kesalahpahaman, kemudian menjadi pergunjingan, dan akhirnya menjadikan kasih akan saudara itu menjadi padam. Dan ketika kasih itu padam, mungkin akan sangat sulit kita menemukan senyum, sapaan, teguran, sambutan tangan. Dan kalaupun kita menemukan, mungkin tidak lagi murni (bahkan mungkin lebih murni bensin eceran).
Bayangkan saja, apa jadinya Sorga jika dipenuhi orang-orang rohani dengan mahkota mereka yang besar-besar, jubah mereka yang indah-indah, tetapi tidak ada yang saling bertegur sapa satu dengan yang lain??? Saya sangat yakin Sorga bukanlah tempat seperti itu. Sorga itu tempat dimana kita saling megasihi. Saling menyapa, saling menegur dan saling bersukacita satu dengan yang lain, saling memeluk, saling bergandengan tangan dalam damai sejahtera Allah.
Jadi, kalau begitu siapa yang akan masuk Sorga?? Jawabannya bukan si A, si B, si C. Namun orang rohani yang hidup dalam kasih!!
Paulus menuliskan dalam Roma 15:5, memohon kepada Tuhan agar mengaruniakan kerukunan dalam jemaat. Roma 15:1 juga menegaskan bahwa jemaat harus saling menanggung beban, bukan untuk mencari kesenangan sendiri. Kata kesenangan disini menggunakan kata “aresko”. Kata ini berarti berkenan, menyenangkan, menyukakan. Kata “aresko” ini menunjukkan kepada sebuah tindakan yang berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan (Galatia 1:10). Juga 1 Tesalonika 4:1, kata ini menunjukkan sebuah hubungan bergaul karib dengan Allah secara intim dan menjadi berkenan melalui hubungan tersebut. Hal ini tentu saja merupakan sebuah hal yang harus diwaspadai. Ketika seseorang berusaha untuk mencari dan menyukakan Allah melalui sebuah hubungan intim dengan Allah dan menjadi rohani, Paulus mengingat agar mereka juga tetap saling menanggung beban satu dengan yang lain.
Lebih tegas lagi, Roma 12:9 mengatakan agar kasih itu tidaklah pura-pura. Kata tidak pura-pura menggunakan bahasa “anupokritos” yang berarti ikhlas, tidak munafik. Kata yang sama juga muncul dalam Yakobus 3:17, yang menggambarkan hikmat Allah yang masih murni. Kasih seorang percaya hendaklah sama murninya dengan hikmat dan kasih yang dari Allah. Jadi nampak dengan jelas bahwa Paulus mengingatkan jemaat agar mereka memiliki kasih sebagaimana kasih Allah yang tidak pura-pura, tidak munafik.  Oleh sebab itu, hendaknya sebagai seorang yang percaya, kita harus saling mengasihi satu dengan yang lain. Menghilangkan kepura-puraan, dan dengan tulus mengasihi.
Mungkin kita akan membela diri kita dan berkata “Ah, hal itu bukanlah hal yang gampang. Seandainya kita disakiti, pasti kita tidak akan terima. Dan wajar kalau kita sakit hati” Yuph, hal itu memang benar. Kita tidak bisa melarang orang untuk menyakiti kita, tetapi kita bisa melarang diri kita supaya tidak sakit hati dengan mereka!!!
Martin Luther pernah mengatakan “Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepada kita, tetapi kita bisa melarang burung untuk hinggap di kepala kita” Sedangkan Napoleon Hill mengatakan “Tak seorang pun membuat Anda marah, cemburu, dan sakit hati, kecuali Anda mengijinkannya. Demikian juga sebaliknya”
Mengasihi bukanlah suatu pilihan, meskipun banyak orang yang menganggap itu sebagai sebuah pilihan. Mengasihi itu mutlak. Mengasihi itu adalah keharusan. Dan kita harus mengasihi. Jangan sampai menjadi orang-orang rohani yang tidak lagi memiliki kasih. Paulus, yang kita kenal sebagai seorang Rasul yang luar biasa menyadari bahwa tanpa kasih semua akan menjadi SIA-SIA!! (1Kor 13).
“Ajarilah kami ini saling mengasihi..ajarilah kami ini saling mengampuni…ajarilah kami ini kasihMu ya Tuhan…..”
Mari saling MENGASIHI!!



Yohanes Nainggolan